“Ayah aku pamit ya.”
Dua minggu berlalu setelah
kepergian Dede
aku memutuskan kembali ke kota untuk menyelesaikan skripsi yang sudah terlalu
lama ku gantung, sebuah buku yang menjadi salah satu syarat untuk mencapai
gelar yang tak kurindukan seharusnya kuselesaikan dua tahun silam kini menjadi
tujuan utamaku untuk kembali ke tempat itu. Langkahku mantap menuju arah yang
sama namun dengan tujuan yang berbeda.
aku masih akan ke Bidosta namun tidak untuk kemaksiatan.
***
“Cing tolong bawain kunci kamar! aku lagi di
Bidosta nih.” Akhirnya pria pemburu dollar ini mengangkat telfonku setelah
beberapa kali kutelpon namun tak ada jawaban.
“Wa, Sorry, sorry banget.” aku sekarang ada di Polsek, aku ketangkep basah saat lagi main dikamar kamu dua minggu yang lalu.
Sesaat setelah kamu pergi tiba - tiba datang beberapa orang polisi menggerebek
kami, belakangan saya ketahui ternyata lawan main saya waktu itu salah satu
dari mereka adalah seorang petugas.”
“Oke-oke, terus kasusmu
gimana?” Aku sedikit prihatin pada nasib yang menimpanya.
“Kasusku akan dilimpahkan ke
kejaksaan bro. dan aku sendiri besok akan di bawa ke lembaga pemasyarakatan.”
“Yang sabar ya bro.” aku menutup
telepon kemudian berjalan menuju pemilik kontrakan yang rumahnya berada di
seberang jalan maksud untuk meminta kunci duplikat. Belum sempat ngucap salam tiba - tiba dari dalam rumah keluar seorang pemuda berbadan besar
dengan perut yang terlihat buncit siapa lagi kalau bukan Inno anak tunggal dari
pemilik kontrakan yang kutempati.
“Eh Bang Inno.”
“Duduk Wa!” Dia memintaku
untuk duduk di atas sofa teras rumahnya.
“Dewa, jadi begini aku sudah
memikirkan hal ini matang - matang, setelah kejadian yang menimpa Dede kemudian
Cing yang tertangkap saat sedang main judi di kamar kamu dan cullang yang
terpaksa harus menikah karena pacarnya yang hamil diluar nikah, aku memutuskan
untuk membubarkan bidosta, tak ada lagi kebebasan di kontrakan itu seperti
sebelum - sebelumnya.”
“Saya sebagai bagian dari
sejarah terbentuknya bidosta merasa sangat bersalah atas kejadian - kejadian
yang menimpa Dede, Cing Dan Cullang, sebagai pemilik rumah tidak seharusnya
saya membiarkan kalian mengontrak di rumah itu tanpa aturan, jadi mulai
sekarang saya sudah memutuskan
kalian tidak boleh lagi mabuk -
mabuk di sana, judi ataupun membawa wanita.
“Baik bang.” Jawabku
singkat.
***
Tiga bulan berlalu, bidosta
kini berubah semuanya telah fokus
pada tujuan masing - masing, joker pun kini telah sibuk dengan skripsinya,
hingga nama kami berdua terpampang jelas di papan pengumuman jadwal mahasiswa ujian
tutup periode 3. Mungkin ini semua adalah hikmah dari kejadian yang menimpa
Dede tiga bulan silam sehingga kami semua bisa berubah secepat ini, namun
andaikan boleh memilih aku tak ingin berubah dengan cara seperti ini.
***
Setelah melewati ujian
sidang akhirnya keluarlah jadwal hari pengukuhan kami. Di papan pengumuman
tertulis Jadwal Yudisium Rusdiawan Malik Ibrahim dan Ibriansyah pada hari
selasa tanggal 22 september 2003.
“Akhirnya kita sarjana juga
ya Jok!” kataku pada pemilik nama lengkap Ibriansyah ini.
“Iya, ini juga karena berkat Dede bro.
“Ayo pulang! udah sore nih.” Aku segera mengajaknya pulang agar kami tidak kembali larut
dalam kesedihan.
#Onedayonepost
#Odopbatch5
#Tantangan Cerbung
Alhamdulillah...
BalasHapus