SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK BERUBAH EPS 4




Merasa masih sedikit pusing, aku berjalan menuju dapur untuk membuat segelas kopi, biasanya setelah minum kopi sakit kepala akan hilang. Dulu aku pernah membaca sebuah artikel bahwa
Kafein dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak, sehingga mengalirkan darah lebih cepat dan mencegah perluasan rasa sakit sehingga dengan meminum kopi akan meringankan sakit kepala.” Aku sarankan kalau sakit kepala minumlah kopi.

“Permen!”

Teriak seseorang dari luar, aku yakin pemilik suara itu adalah Madil salah satu sahabatku, anak Bidosta, mengingat selain Dede, hanya dia yang memanggilku Permen tapi Dede kan di kamar sebelah dan jam segini sudah pasti dia belum bangun setelah party semalam, pikirku.
Ngomong – Ngomong mengenai Arfa sejatinya dia hanyalah simpatisan Bidosta karena sebelumnya tak pernah mengikuti proses kaderisasi di geng ini, sehingga tidak mempunyai legalitas keanggtoaan, namun karena Cullang sebagai ketua geng tidak mempermasalahkan hal tersebut jadilah Arfa diterima di tengah - tengah kami.

 “Permen...!” dia teriak lagi.
“Iya bro. Masuk aja, aku lagi di dapur nih bikin kopi.”
“Jangan sungkan buat bikin dua gelas ya bro, kebetulan aku belum ngopi nih” sambil tertawa dari luar.
“Ah kurang ajar kamu” Balasku.
“Jangan lama ya!” Teriaknya lagi dari luar.
“Oke – oke, udah kaya bos aja kamu”
“Haha.” dia hanya tertawa keras dari luar.

Dia ini kalau lagi senang memang suka melucu nggak jelas kaya gini, tapi aslinya dia orang yang tempramen apalagi kalau dalam kondisi pengaruh alkohol. Aku masih ingat pada saat malam tahun baru tiga tahun silam, kami sempat berantem hanya karena aku menumpahkan minuman di bajunya, saat itu kami berdua sudah dalam keadaan mabuk berat. Bekas luka jahit di pelipis kananku ini adalah kenang - kenganan darinya, hantaman keras yang kudapatkan dari tinjunya membuat pelipisku di bagian kanan sobek, kuyakin itu karena cincin batu bacan yang lagi ngetrand saat itu melekat di jari manisnya sehingga bercucurlah darah di mukaku. Namun gigi palsu yang dia kenakan juga adalah kenang kenangan manis yang kuberikan untuknya, malam itu aku menghantam mulutnya dengan batu, tiga gigi depannya patah sehingga harus diganti dengan gigi palsu. Akan tetapi terlepas dari itu semua, separah apapun kami berantem kami tetap solid, itu karena kami memposisikan persahabatan diatas segalanya.

I’m coming, nih kopinya.” sambil meletakkan kopi diatas meja, tampak seorang wanita sedang duduk disampingnya dengan posisi menghadap ke samping sehingga aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas,
“Wah tengkiuu kopinya Men, kamu memang sahabatku yang baik. Sambil menunjuk ke arah giginya sebagai isyarat agar aku tak lupa asal - usul gigi itu.
“Sama – sama bro.” sambil mendekatkan wajahku padanya lalu menunjuk pelipis kanan bekas hantaman tangannya. Seketika kami berdua tertawa lepas.  
“Anak siapa lagi tuh yang kamu bawa?”
“Biasa bro, pacar baru.” Jawabnya dengan bangga.
“Dasar kamu, mati kiri!”
“Hahaha.” Dia tertawa lagi mendengar istilah itu. “Sudah – sudah, kenalin ini Pia, Pia, ini Rusdiawan Malik Ibrahim tapi kamu bisa memanggil dia Dewa.”
Tumben manusia satu ini menyebut nama saya dengan lengkap tapi bukan itu yang membuat aku kaget, tapi perempuan itu, Pia perempuan yang baru saja dia kenalkan. Bukankan dia...
“Bro pinjam kamar dong.”
Bersambung
Mati kiri = playboy
#Onedayonepost
#Odopbatch5
#Tantangan cerbung

Komentar

  1. Balasan
    1. Hehe Bru sadar ada kata saya dan aku 😁😁

      Hapus
  2. Batu bacan jd keinget waktu booming di jogja mendadak jd pusat batu akik,hehehe, btw pia siapa? J

    BalasHapus

Posting Komentar