SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK BERUBAH EPS 6




 “Sepohon kayu daunnya rimbun, lebat bunganya serta buahnya walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya, walaupun hidup seribu tahun kalau tak sembahyang apa gunanya”

Lagu dangdut yang sedari tadi mengalun dahsyat dari laptopku kini berganti menjadi lagu religi.

“Kami sembahyang fardhu sembahyang sunahpun ada bukan sembarang supaya Allah menjadi saying kami bekerja hatilah riang

Kopi kuseruput, lalu mulai mengambil sebatang rokok, membakar dan menghisapnya dalam dalam kepulan asap rokok kini berbentuk hati keluar dari mulut yang bau nikotin ini. kemudian kembali mendengar lirik lirik lagu itu dengan baik.

 “Dipukul dipalu sehari-hari barulah ia sadarkan diri hidup didunia tiada berarti akhirat di sana sangatlah rugi

Aku begitu menikmati lagu ini hingga tak sadar seorang sahabat datang dan sedari tadi memperhatikan tingkahku. Rasanya seperti ada setumpuk rasa sesal dalam diriku berada disini, di tengah tengah kemaksiatan.

“Wa, tumben pagi - pagi udah muter lagu religi, udah mulai insyaf kamu ya?”
“Eh kamu Cing, Nggak, ini tadi... itu... dengar lagu dangdut Dj tapi tiba - tiba ganti ke religi ya sudah aku dengar aja, nggak ada salahnya juga kan, siapa tahu aja aku beneran insyaf.”
“Ah terserahlah, Wa main yuk. Itu ada beberapa teman yang mau main?” sambil menunjuk teman - temannya yang masih duduk di atas motor di parkiran depan kontrakan.

Cing, salah seorang sahabat yang lain dalam kemaksiatan, dia bukan anak bidosta dan juga bukan seorang mahasiswa, dia hanya salah satu karyawan swasta. Pertama kali aku melihat pemuda pemburu dollar ini setahun yang lalu. Dia jugalah orang yang menggiringku dalam dunia judi.

“Nggak ah Cing.” Kepalaku sakit, aku juga nggak punya banyak uang, semalam habis banyak beli makan dan rokok buat anak – anak yang party.

“Ooh kalau gitu pinjam kamarmu buat main ya?
“Oke, tapi dengan satu syarat nanti kalau tiba - tiba ada penggerebakan jangan bawa bawa namaku ya?”
“Siap 86 !” Jawabnya.
Setelah Cing mengajak teman - temannya masuk dalam kamar untuk memulai pertempuran, aku masih duduk di teras kontrakan, kuambil sebatang rokok dan kembali menyeruput kopi yang sudah mulai menampkaan tumpukan hitam di dasar gelas putih bergambar seorang wanita seksi.

“Kak, aku pulang dulu ya, Ibu lagi sakit aku diminta untuk pulang.” Laki laki yang sudah mulai dewasa itu menghampiriku. Mengambil sebatang rokok, dan meneguk kopi yang sedari tadi kunikamti. Dede Adriansyah namanya anak dari saudara jauh, saat ini dia juga saat tercatat sebagai mahasiswa hukum semester dua di universitas tempat aku kuliah.

“Iya, bawa motor yang pelan, apalagi kamu masih dalam keadaan mabuk.”
“Iya kak.” Jawabnya singkat.
“Madil gimana, pulangnya bareng dia kan”?
“Tuh dia masih dalam kamar.”

 Setelah beberapa saat dengan wajah lusuh dan rambut yang terlihat berantakan Madil dan wanita keluar dari kamar.
“Dede ayo,” Ajak Madil
“Men aku pulang dulu ya  bro!” sambil mengerling dan diikuti gelak tawa kebahagiaan, mungkin lebih tepatnya tawa kepuasan dari pria bejat yang kusebut sebagai sahabat itu.”
“Ok kalian hati hati”.
Tak lama setelah mereka pergi, kulihat gawaiku, Madil 10 panggilan tidak terjawab dan 1 pesan baru.
“Ada apa?” Pikirku dalam hati

Bersambung
#Onedayonepost
#Odopbathc5
#Tantangan Cerbung

Komentar

Posting Komentar