“Sepohon
kayu daunnya rimbun,
lebat
bunganya serta buahnya walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa
gunanya, walaupun hidup seribu tahun kalau tak sembahyang apa
gunanya”
Lagu dangdut yang
sedari tadi mengalun dahsyat dari laptopku kini berganti menjadi lagu religi.
“Kami sembahyang fardhu
sembahyang sunahpun
ada bukan sembarang supaya Allah menjadi saying kami bekerja hatilah riang”
Kopi kuseruput, lalu mulai mengambil sebatang rokok,
membakar dan menghisapnya dalam dalam kepulan asap rokok kini berbentuk hati
keluar dari mulut yang bau nikotin ini. kemudian kembali mendengar lirik lirik
lagu itu dengan baik.
“Dipukul
dipalu sehari-hari barulah ia sadarkan diri hidup
didunia tiada berarti akhirat di sana sangatlah rugi”
Aku begitu menikmati lagu ini hingga tak sadar seorang
sahabat datang dan sedari tadi memperhatikan tingkahku. Rasanya seperti ada
setumpuk rasa sesal dalam diriku berada disini, di tengah tengah kemaksiatan.
“Wa, tumben pagi - pagi udah muter lagu religi, udah mulai
insyaf kamu ya?”
“Eh kamu Cing, Nggak,
ini tadi... itu... dengar lagu dangdut Dj tapi tiba - tiba ganti ke religi ya
sudah aku dengar aja, nggak ada salahnya juga kan, siapa tahu aja aku beneran insyaf.”
“Ah terserahlah, Wa main yuk. Itu ada beberapa teman yang
mau main?” sambil menunjuk teman - temannya yang masih duduk di atas motor di
parkiran depan kontrakan.
Cing, salah seorang sahabat yang lain dalam kemaksiatan,
dia bukan anak bidosta dan juga bukan seorang mahasiswa, dia hanya salah satu
karyawan swasta. Pertama kali aku melihat pemuda pemburu dollar ini setahun
yang lalu. Dia jugalah orang yang menggiringku dalam dunia judi.
“Nggak ah Cing.”
Kepalaku sakit, aku juga nggak punya banyak uang, semalam habis banyak beli
makan dan rokok buat anak – anak yang party.
“Ooh kalau gitu
pinjam kamarmu buat main ya?
“Oke, tapi dengan
satu syarat nanti kalau tiba - tiba ada penggerebakan jangan bawa bawa namaku
ya?”
“Siap 86 !”
Jawabnya.
Setelah Cing mengajak
teman - temannya masuk dalam kamar untuk memulai pertempuran, aku masih duduk
di teras kontrakan, kuambil sebatang rokok dan kembali menyeruput kopi yang
sudah mulai menampkaan tumpukan hitam di dasar gelas putih bergambar seorang
wanita seksi.
“Kak, aku pulang
dulu ya, Ibu lagi sakit aku diminta untuk pulang.” Laki laki yang sudah mulai
dewasa itu menghampiriku. Mengambil sebatang rokok, dan meneguk kopi yang sedari
tadi kunikamti. Dede Adriansyah namanya anak dari saudara jauh, saat ini dia
juga saat tercatat sebagai mahasiswa hukum semester dua di universitas tempat
aku kuliah.
“Iya, bawa motor
yang pelan, apalagi kamu masih dalam keadaan mabuk.”
“Iya kak.” Jawabnya
singkat.
“Madil gimana,
pulangnya bareng dia kan”?
“Tuh dia masih
dalam kamar.”
Setelah beberapa saat dengan wajah lusuh dan
rambut yang terlihat berantakan Madil dan wanita keluar dari kamar.
“Dede ayo,” Ajak
Madil
“Men aku pulang
dulu ya bro!” sambil mengerling dan
diikuti gelak tawa kebahagiaan, mungkin lebih tepatnya tawa kepuasan dari pria
bejat yang kusebut sebagai sahabat itu.”
“Ok kalian hati
hati”.
Tak lama setelah
mereka pergi, kulihat gawaiku, Madil 10 panggilan tidak terjawab dan 1 pesan
baru.
“Ada apa?” Pikirku
dalam hati
Bersambung
#Onedayonepost
#Odopbathc5
#Tantangan Cerbung
Moga insyaf beneran ya ^_^
BalasHapusSemoga bukan apa-apa T_T