SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK BERUBAH EPS 5




Malam itu ditengah keramaian penyerahan piala untuk para pemenang dan juga sekaligus malam penutupan acara tahunan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat kabupaten. Kegiatan yang diprakarsai oleh K.H bashori alwi pada tahun 1968 menjadi jembatan pertemuan kami dalam remang cahaya lampu yang menghiasi lapangan. Malam itu kau begitu cantik / anggun dengan kerudung yang kau kenakan sempurna menutup seluruh bagian tubuhmu,

 “Hai, kamu Pia kan? Tanyaku pada gadis berkerudung hitam itu.
“Iya kak. Maaf kakak siapa ya?”
“Kenalin, aku Rusdi, peserta pada cabang yang sama dengan kamu?
“Ooh kakak juga di cabang Tilawah ya?
“Iya, tadi aku sempat melihat kamu pada saat namamu disebut sebagai pemenang juara dua untuk cabang tilawah tingkat remaja kategori Qariah.”
“Ooh iya. Salam kenal kak, Nama kakak siapa tadi?”
 “Panggil saja dewa.”

Kepada peserta dengan nomor 125 atas nama Nopia Tri Rahayu diharap naik ke panggung untuk menerima piala”

”Kak, aku harus segera ke panggung. Assalmualaikum”
“Waalaikusalam”

Dia kemudian berlari kecil menuju panggung utama, saat itu aku juga mendapat juara dua. Namun aku sudah terlanjur meminta kepada official kontingen untuk mewakiliku menerima hadiah sehingga tidak bisa lagi bertemu dengannya di atas panggung. itulah kenangan tentang wanita 10 tahun silam yang kini tepat duduk di depanku bersama dengan pria brengsek kusebut sebagai sahabat.

“Men pinjam kamar dong.”

Aku masih memperhatikan wanita ini, “sepertinya dia sama sekali tidak mengingatku, apakah karena aku juga orang yang berbeda yang dikenalnya 10 tahun silam atau aku yang salah orang.

“Woi bro pinjam kamar dong.”

“Nama kamu Novia tri rahayu ya, Dari Makassar?” Tanyaku pada gadis itu tanpa memperhatikan Madil yang mulai kesal karena tak kuhiraukan.

“Bukan kak, Nama saya Rapiani Amir, orang orang memanggilku Pia saya dari Manado, baru setahun ada disini.”

“Alhamdulillah.” Aku yang masih sedikit mabuk masih ingat untuk mengucap syukur karena dialah bukan wanita yang kutemui sepuluh tahun silam.
Cukuplah aku yang terjebak dalam lingkungan yang salah seperti ini, Ilmu tentang agama yang kudapatkan saat di Tsanawiya dan Aliyah dulu seolah tak berkutik melawan kerasnya pengaruh lingkungan.


“Bro pinjam kamar dong, please!”
“Mau ngapain minjam kamar?” pertanyaan retoris yang sebenarnya tak perlu kutunggu jawabannya.

“Ah ngertilah Men.” Sambil mengerlingkan mata berharap aku mengerti. Kulihat wanita disampingnya sedang menikmati lagu lewat headset. Kesempatan bagiku untuk menceramahi Arfa tanpa membuat wanita ini tersinggung.
Aku mendekati Arfa lalu memegang pundaknya kemudian mulai membiarkan kata kata mutiara dari mulutku mengalun indah.
“Madil sahabatku, engkau tahu dari semua anak bidosta akulah yang paling loyal pada teman, dan aku jugalah yang paling royal. Tapi engkau juga tahu kan aku tak mentoleransi siapapun untuk masalah seperti ini. Tak akan kubiarkan satu orangpun meski itu adalah saudaraku untuk membawa seorang perempuan ke dalam kamarku.” Kau harus sadar betapa besar dosa yang kutanggung karena membiarkan seorang perempuan dan laki laki dalam kamarku tanpa aku tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana.”

Please Men!”
Nggak” kataku dengan nada tegas
“Ok bro sabar - sabar.” Dia mulai menenangkan aku, Sepertinya dia aku sudah mulai emosi dan tentu saja tidak ingin kejadian tiga tahun silam itu terulang kembali.

Cukup lama terdiam
“Oke Men, kalau gitu aku ke kamarnya Dede aja sekalian aku juga mau ajak dia pulang, aku dapat kabar dari kampung ibunya saat ini sedang sakit.” Dia melangkah menuju kamarnya Dede sambil menuntun tangan wanita yang bersamanya.

Bersambung
#Onedayonepost
#OdopBatch5
#Tantangan Cerbung

Komentar

  1. T_T Pasti ada alasannya kenapa Dewa jadi berubah kan?
    Apa iya hanya karena pengaruh lingkungan?

    BalasHapus

Posting Komentar